Jumat, 19 Agustus 2011

Menafsirkan Laporan Keuangan (Bag.3): Cash Flow Statement

Setelah selesai membahas mengenai income statement dan balance sheet, laporan keuangan ketiga yang tidak kalah penting adalah cash flow statement. Pada cash flow statement, perusahaan akan melaporkan keluar masuknya kas.
Cash flow statement dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
  1. Cash flow from operations, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan.
  2. Cash flow from investing, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, a.l: capex, penerimaan dividen, dll.
  3. Cash flow from financing, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan pembiayaan perusahaan untuk menjalankan operasinya.
Penjumlahan ketiga komponen tersebut disebut dengan net change in cash yang akan menambah ataupun mengurangi posisi cash sebelumnya (yang terdapat di balance sheet).
Pada dasarnya, perusahaan yang sehat akan membukukan cash flow yang positif dari tahun ke tahun. Cash flow perusahaan akan terlihat lebih sehat lagi apabila cash flow from operations jumlahnya dapat menutup cash outflow dari bagian lainnya. Di samping itu, cash flow from operations yang sehat umumnya jumlahnya hampir sama dengan net income.
Mari kita melihat cash flow statement APOL di bawah ini:

Jika kita lihat tabel di atas, terlihat bahwa total cash flow from operations sampai dengan tahun 2008 cukup baik dan cenderung meningkat, namun ada warning flag yang sangat mengkhawatirkan. Perusahaan mengeluarkan dana untuk capex (capital expenditure) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejatinya, capex ini digunakan untuk melakukan ekspansi usaha, seperti membeli alat produksi, tanah, bangunan. Sebagai sebuah perusahaan shipping, capex-nya digunakan untuk membeli kapal dengan harapan semakin besar volume pengirimannya. Sayangnya, capex yang dikeluarkan ini dari tahun ke tahun selalu lebih besar daripada cash flow yang dihasilkan oleh bisnisnya.
Artinya: APOL harus mencari pembiayaan capex dari sumber lain. Pada bagian total cash flow from financing, terlihat bahwa capex-nya harus ditambal dengan penerbitan surat utang (Iss (Retirmnt) of Debt). Mengingat debt-to equity ratio APOL sudah cukup tinggi, hal ini berpotensi untuk mengancam bisnisnya. Utang harus dibayar, dan dalam utang terdapat bunga yang harus dibayar. Saya sengaja menandai tulisan pada bagian cash interest dengan warna merah yang menunjukkan besarnya bunga yang harus dibayar. Terlihat bahwa akibat penambahan utang terus menerus, cash yang didapatkan dari bisnisnya semakin banyak tergerus untuk membayar bunganya. Hal ini diperparah ketika pada tahun 2009, APOL menambah kebutuhan operasionalnya seperti terlihat pada bagian change in working capital. Total cash from operations kontan menurun tajam. Kondisi ini semakin memburuk ketika perubahan kurs semakin menggerus cash flow-nya.
Pada tahun 2009, cash flow APOL mengalami bleeding sebesar 467 miliar rupiah. Apa maksudnya? APOL memiliki kewajiban yang harus dibayar sebesar 467 M dan tidak ada sumber dana yang dapat digunakan untuk membayarnya!
Setelah browsing di internet, saya mendapati sebuah berita yang muncul pada bulan April lalu mengenai APOL ini:
…JAKARTA – Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat selective default kepada PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL). Analis Pefindo Ronald Hertanto dalam keterv bukaan informasi mengatakan, peringkat ini mencerminkan ketidakmampuan perusaaan memenuhi kewajiban finansial terhadap utang-utangnya…
…Pefindo juga memberikan peringkat CCC atas obligasi perusahaan II/A/2008 senilai Rp 276 miliar yang jatuh tempo pada 2013, obligasi Il/B/2008 senilai Rp 324 miliar yang jatuh pada 2015 serta Syariah Ijarah Medium Term Notes 11/2008 senilai Rp2008 senilai Rp 150 miliar yang jatuh tempo pada 2011… (Sumber: Bataviase)
Jika kita jeli dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan APOL, tentu kita sudah sejak jauh-jauh hari mulai waspada.

Menafsirkan Laporan Keuangan (Bag.2): Balance Sheet

Setelah membahas mengenai income statement, mari kita beranjak ke balance sheet. Mari kita lihat balance sheet APOL:

Cash & Short Term Investment
Cash & short term investment (selanjutnya kita sebut cash untuk memudahkan) merupakan aset yang paling likuid. Cash merupakan cara tercepat untuk membayar biaya operasional harian. Oleh karena perkembangan jumlah cash dari waktu ke waktu harus kita perhatikan. Cash yang terus menurun merupakan indikasi adanya kesulitan likuiditas. Perusahaan yang bagus biasanya memiliki cadangan cash yang cukup besar. Dengan cash ini selain untuk menutup biaya operasional, perusahaan juga bisa membayarkan dividen ataupun membiayai capex. Terkadang apabila cash berlebih, perusahaan meletakkannya pada instrumen investasi jangka pendek (short term investment) yang relatif tetap likuid. Jika kita membagi jumlah cash dengan jumlah saham beredar, kita akan mendapatkan porsi harga saham yang bersifat likuid.

Terlihat bahwa posisi cash APOL turun cukup tajam pada tahun 2009. Hal ini menjadi warning sign bagi kita untuk menyelidiki lebih lanjut agar mengetahui apa yang terjadi.
Account Receivable
Pada balance sheet APOL di atas, seluruh receivable dijadikan satu menjadi total receivables. Hal tersebut tidak menjadi masalah. Perubahan account receivable seharusnya sebanding dengan perubahan revenue. Akan menjadi masalah apabila account receivable meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan revenue, hal tersebut menandakan bahwa perusahaan mengalami kesulitan untuk menagih ke pelanggannya. Pada tahun 2008, receivables APOL mengalami peningkatan 100% sementara revenue-nya hanya naik 60%, bukan hal yang bagus.
Pada perusahaan retail, account receivable biasanya kecil karena konsumennya membayar kontan. Lain halnya dengan perusahaan yang konsumennya institusi seperti perusahaan ala berat. Biasanya kliennya memiliki jangka waktu pembayaran tertentu sehingga nilai account receivable lumayan besar.
Inventory
Tidak banyak yang dapat diceritakan oleh balance sheet APOL karena bisnisnya adalah jasa shipping yang sedikit memiliki inventory.
Inventory adalah barang dagangan. Jika inventory terus membengkak ada kemungkinan barang yang dijual tidak laku. Hal tersebut tidak akan menjadi masalah untuk industri tertentu seperti pertambangan namun akan menjadi masalah untuk perusahaan yang memproduksi makanan atau minuman karena memiliki masa kadaluarsa.
Property, Plant & Equipment (PPE)
PPE merupakan aset yang tidak likuid. Gedung, kendaraan, dan peralatan produksi nilainya akan terus menurun dan harus digantikan ataupun memerlukan perawatan. Khusus untuk tanah tidak akan disusutkan. PPE ini menjadi objek yang cukup penting untuk dinilai saat perusahaan akan dilikuidasi.
Liabilities & Equity
Liabilities merupakan kewajiban yang harus dilunasi oleh perusahaan. Bersama-sama dengan equity, liabilities merupakan sumber pendanaan perusahaan. Dana yang diperoleh akan diinvestasikan oleh perusahaan dan tertuang dalam bentuk aset yang dimiliki.
Hal terpenting yang perlu diketahui adalah komposisi liabilities dan equity. Perbandingan kita sebut dengan debt to equity ratio (DER). Debt/utang tidaklah gratis dan kita harus membayar kembali pokok dan bunganya. Semakin besar DER maka semakin besar bunga yang harus kita bayarkan. Hal ini akan menjadi masalah saat revenue anjlok. DER APOL cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 DER nya mencapai 8x dan ini sangat berbahaya. Umumnya DER perusahaan memiliki DER kurang dari 2x. Saya menyukai perusahaan dengan DER kurang dari satu.
Utang sendiri tidak menjadi masalah asalkan perusahaan memiliki revenue yang cukup besar untuk dapat melunasinya. Apabila tidak, utang akan menghancurkan jalannya suatu bisnis.
Equity merupakan selisih dari assets dan liabilities dan merupakan hak pemegang saham. Sebagai investor, kita tentu menginginkan nilai equity yang terus meningkat. Peningkatan equity yang sehat bersumber dari tumbuhnya laba bersih yang menandakan bahwa bisnisnya menguntungkan.
Demikian adalah penjelasan singkat mengenai balance sheet. Kita akan membahas bagian terakhir laporan keuangan yaitu cash flow statement pada artikel berikutnya.

Menafsirkan Laporan Keuangan (Bag.1): Income Statement

Untuk bahan analisa awal, kita dapat menggunakan rangkuman laporan keuangan yang disediakan oleh website financial times (www.ft.com). Data di sana cukup valid dan mempunyai periode penyajian yang cukup panjang (5 tahun). Untuk dapat mengobservasi dengan lebih terperinci tentu saja kita harus membaca laporan keuangan aslinya. Beberapa data yang tidak kita perlukan dalam analisa sengaja saya hapus agar lebih mudah membacanya.
Mari kita lihat income statement APOL dari tahun 2005-2009. Kita akan mencoba mencari apakah ada sesuatu yang signifikan yang bisa kita dapatkan.


Cost of Revenue (Cost of Goods Sold/COGS)
Cost of revenue merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan produksi suatu barang/jasa seperti bahan baku, listrik, dll. Cost of revenue merupakan komponen penting dalam income statement karena kita dapat mengetahui apakah suatu perusahaan memiliki competitive advantage terhadap perusahaan lain dalam industrinya.
Apa maksudnya?
Revenue adalah harga dari produk kita sedangkan cost of revenue adalah biaya untuk produksinya. Suatu perusahaan yang memiliki competitive advantage akan mampu memasang harga yang lebih mahal dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya. Sebagai contoh adalah Apple, Inc . Apakah Apple kesulitan menjual I-Phone karena harganya lebih mahal daripada handphone pada umumnya? Apple memiliki konsumen yang sangat loyal dan tidak terlalu sensitif terhadap harga. Mahalnya produk Apple justru memberikan ‘gengsi’ tersendiri bagi penggunanya. Demikian pula halnya ketika harga bahan baku meningkat dan memaksa suatu perusahaan untuk menaikkan harga produknya untuk mengimbangi biaya produksi. Perusahaan yang tidak memiliki competitive advantage akan kesulitan untuk menaikkan harga. Sebaliknya, konsumen perusahaan yang memiliki competitive advantage akan dengan mudah memaklumi kenaikan harga ini.
Profit Margin
Profit margin adalah persentase profit terhadap revenue. Dalam laporan keuangan terdapat beberapa macam profit margin, a.l:
  1. Gross margin (revenue – cost of revenue / revenue)
  2. Profit margin (operating income / revenue)
  3. Net profit margin (net profit / revenue)
Cara yang mudah dan efektif saat melakukan analisa laporan laba-rugi (income statement) adalah membandingkan masing-masing item terhadap revenue/sales (pendapatan/penjualan). Penjualan APOL dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 sebenarnya cukup bagus dan cenderung meningkat.
Permasalahan muncul pada tahun 2009 ketika penjualan anjlok dari Rp 2,6 triliun menjadi hanya Rp 1,7 triliun. Cost of revenue yang  sebelumnya hanya berkisar antara 67%-70% dari revenue melonjak naik menjadi 83%. Ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi mengenai hal ini. Tingginya cost of revenue menyebabkan gross margin (gross profit/revenue) hanya berkisar antara 30%-33%. Nilai ini cukup rendah dan perlu kita waspadai. Rata-rata perusahaan bisa memperoleh gross margin sebesar 60% dan untuk perusahaan jasa nilainya bisa lebih tinggi lagi karena tidak ada biaya bahan baku. Terlepas dari karakteristik industrinya, terlihat bahwa APOL tidak memiliki competitive advantage yang kuat sehingga tidak dapat membebankan harga yang terlalu tinggi kepada konsumennya.
Secara umum, terdapat dua cara untuk memperbesar gross margin, yaitu:
  1. Menaikkan harga
  2. Menurunkan biaya produksi
Keberhasilan suatu perusahaan melakukan kedua hal tersebut akan tampak pada gross margin yang meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun begitu, masing-masing industri memiliki karakteristik tersendiri. Industri retail biasanya memiliki gross margin yang rendah namun perputaran barangnya cepat sehingga dapat menutupi biaya operasinya (SGA expense). Sebaliknya, industri alat berat memiliki gross margin yang sangat tinggi namun perputaran barangnya cenderung rendah. Kita harus memperhatikan hal tersebut dalam melakukan analisa.
Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah penurunan revenue yang tidak diimbangi dengan penurunan cost of revenue pada tahun 2009 sehingga menyebabkan gross margin anjlok menjadi hanya 17%. Hal ini memberikan warning flag pada kita dan harus menelusuri laporan keuangannya lebih dalam.
APOL sendiri sampai dengan tahun 2008 memperoleh operating margin yang cukup bagus (25%-27%). Sayangnya pada tahun 2009, anjloknya revenue menyebabkan operating margin-nya anjlok menjadi hanya 1%. Faktor yang paling mempengaruhi besarnya operating margin adalah operating expenses (selling, general & administration expense). Di dalam operating expenses terdapat biaya yang terkait dengan operasional suatu perusahaan. Kita harus cermat menganalisa SGA expenses ini karena di dalamnya juga terdapat biaya yang berkaitan dengan fasilitas untuk manajemen (mobil pribadi atau mungkin sewa helikopter?) yang tentu saja tidak kita inginkan ketika operating margin menjadi tergerus karenanya.
Net income merupakan angka keramat dan biasanya menjadi acuan para analis untuk melakukan valuasi terhadap suatu perusahaan. Jika tidak ada hal yang aneh-aneh, net income ini adalah apa yang tersisa setelah operating income digunakan untuk membayar pajak. Kita harus mewaspadai apabila terdapat item yang tergolong luar biasa (extraordinary), seperti penjualan aset. Selain itu, net income juga berpotensi untuk tergerus karena adanya other income (expenses) seperti rugi kurs dan biaya bunga. Untuk kasus APOL, net profit margin-nya sampai dengan tahun 2007 cukup bagus yaitu sekitar 14%. Dampak dari anjloknya revenue dan rapuhnya struktur biaya menyebabkan APOL mengalami kerugian yang cukup besar pada tahun 2009.
Untuk melihat permasalahan APOL ini lebih lanjut kita perlu melihat laporan keuangan lainnya yaitu balance sheet dan cash flow statement yang akan dibahas pada artikel berikutnya.

Ngobrol Tentang Dividen

Ketika suatu perusahaan mendapatkan laba, cash akan terus menumpuk. Pada kondisi ini ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh, antara lain:
  1. Melakukan ekspansi. Jika manajemen melihat ada kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik di masa mendatang, opsi ini cukup bagus. Perusahaan akan terus tumbuh.
  2. Stock buyback. Ada kalanya ekspansi bukan merupakan opsi yang bagus karena jika dilakukan imbal hasil dari capex yang dikeluarkan sangat rendah. Pada kondisi ini, stock buyback merupakan tindakan yang cukup bijaksana karena dapat meningkatkan EPS.
  3. Membagikan dividen. Kelebihan cash dapat diberikan kembali kepada investor dalam bentuk dividen.
Pada umumnya, ketiga opsi tersebut dapat dilakukan secara bersamaan. Apabila setelah cash yang ada dipergunakan untuk membiayai ekspansi, sisanya dapat dibagikan dalam bentuk dividen. Bagi beberapa investor, pembagian dividen ini sangat penting karena mereka mengharapkannya sebagai hasil dari investasi. Pada perusahaan yang sudah mature, umumnya persentase dividen terhadap laba bersih cukup tinggi karena tidak membutuhkan biaya yang besar untuk ekspansi. Laba yang didapatkan mungkin hanya dipergunakan untuk membiayai modal kerja dan mengganti alat-alat produksi yang sudah waktunya diganti. Lain halnya dengan perusahaan yang sedang tumbuh pesat. Laba yang mereka dapatkan akan diinvestasikan kembali untuk membiayai ekspansi. Perusahaan yang sedang dalam fase ini biasanya jarang membagikan dividen dan investornya mengharapkan imbal hasil dalam bentuk capital gain.
Bagi investor, adanya pembagian dividen yang kontinyu dan terus bertambah jumlahnya tiap tahun merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang bagus. Cash yang terus bertumpuk dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan investor bukan merupakan hal yang bagus. Ada kemungkinan cash tersebut akan memberikan ide bagi manajemen untuk menghambur-hamburkannya dengan sia-sia pada project yang kurang menguntungkan.
Keuntungan lain dari adanya dividen bagi investor adalah untuk menjaga harganya turun ketika terjadi crash di bursa saham. Jika Anda memiliki saham dengan dividend yield (dividend per share / stock price) sebesar 10%, maka ketika harga sahamnya turun 50%, dividend yield akan langsung melonjak menjadi 20%. Semakin besar penurunan harga sahamnya, semakin tinggi dividen yang kita terima. Sungguh beruntunglah kita apabila penurunan harga saham hanya diakibatkan oleh pasar yang sedang bad mood belaka dan bukan karena kondisi fundamentalnya merosot.
Mari kita perhatikan grafik ADMF berikut:
Ketika krisis global terjadi pada tahun 2008, harga saham ADMF turut tertekan padahal bisnisnya masih berjalan dengan lancar dan keuntungan yang didapatkan terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007, dividend yield ADMF adalah 10,55% sementara sahamnya diperdagangkan di level 2.200. Dividend yield ADMF cukup tinggi karena sebagai perusahaan financing, ADMF tidak membutuhkan biaya yang besar untuk ekspansi.  Pada tahun 2008, harga saham ADMF turun menjadi 1.450 sementara EPS-nya cukup tinggi (1.020) atau dengan kata lain PER nya hanya 1,42. Pada tahun tersebut ADMF membagikan dividen sebesar 280 sehingga mengakibatkan dividend yield-nya naik tajam menjadi 19,31%. Mungkin Anda saat itu masih bisa tersenyum pada saat itu jika memiliki sahamnya karena turunnya harga saham diimbangi dengan melonjaknya dividend yield.
Di bawah ini adalah beberapa tips apabila kita mengincar suatu perusahaan untuk mendapatkan dividen:
  1. Cari perusahaan yang dalam jangka panjang rajin membagikan dividen dan lebih bagus lagi apabila jumlahnya terus naik dari tahun ke tahun.
  2. Pastikan bahwa perusahaan tersebut labanya tumbuh dengan stabil sehingga dapat terus membagikan dividen.
  3. Jangan lupa untuk memeriksa apa saja langkah-langkah yang dilakukan perusahaan tersebut saat terjadi krisis. Pastikan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan blunder yang dapat mengancam kelangsungan bisnisnya.

Senin, 15 Agustus 2011

Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham?

   Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Walaupun harga saham berubah setiap waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar. Konsep harga wajar ini telah saya bahas di tulisan sebelumnya di sini 
.
   Dalam melakukan valuasi, mau tidak mau kita harus mengerti sedikit cara membaca laporan keuangan sebab perhitungan valuasi melibatkan item-item dalam laporan keuangan perusahaan. Untung saja, seorang teman baik saya, Edison telah memaparkan dengan sangat baik bagaimana cara membaca laporan keuangan di blognya di sini.

   Warren Buffett mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan tersebut.  Nilai saat ini dari uang yang akan kita dapatkan di masa depan merupakan konsep time value of money yang dapat kita pelajari di sini. Buffett mengatakan bahwa cara ini adalah satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengevaluasi keatraktifan dari suatu investasi dan bisnis. Pemikiran Warren Buffett mengenai nilai intrinsik ini banyak dipengaruhi oleh John Burr Williams, yang merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pemikiran mengenai nilai intrinsik ini.

   Charles S. Mizrahi dalam bukunya “Getting Started in Value Investing” menjelaskan sebuah cara sederhana dalam melakukan penilaian harga wajar saham. Meskipun sederhana bukan berarti cara ini tidak efektif.  Keindahan dari cara ini justru berasal dari kesederhanaannya. Agar lebih mudah dipahami, proses valuasi ini akan saya pecah menjadi beberapa langkah.  Sebagai contoh saya akan menilai harga wajar saham PT. Unilever Indonesia. Laporan keuangannya dapat kita ambil di websitenya di sini. Saya memilih Unilever karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat solid dengan manajemen yang mumpuni. Perlu diingat, sebelum melakukan valuasi kita sebaiknya memilih perusahaan dengan pertumbuhan laba bersih 5 tahun ke belakang minimal 10%. Beruntung sekali ternyata kita dapat memperoleh data keuangan Unilever sampai dengan 10 tahun ke belakang. Selain itu, sebaiknya saham yang akan kita nilai memiliki Return on Equity (ROE) minimal 15%. Unilever dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Sebelum melakukan valuasi, coba buat dulu profil dari perusahaan tersebut seperti di bawah ini:
profilunvr2
    Pertama-tama kita harus menentukan dahulu pertumbuhan (growth) EPS (Earning per Share) selama paling tidak 5 tahun ke belakang. Dalam menentukan berapakah proyeksi pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan, ikuti langkah berikut:
  • Jika rata-rata pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih besar dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 15%. Mengapa saya menentukan proyeksi EPS 15%? Sangat sedikit perusahaan yang mampu mempertahankan pertumbuhan EPS di atas 15% per tahun secara kontinyu. Oleh karena itu sebaiknya kita proyeksikan pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan adalah 15%.
  • Jika pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih kecil dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 10%.
   Terlihat bahwa pertumbuhan EPS rata-rata Unilever adalah 16.94% per tahun. Oleh karena itu kita tentukan proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 15% per tahun.
Setelah itu kita tentukan proyeksi rasio P/E (Price to Earning) untuk 5 tahun ke depan. Untuk memproyeksi P/E Unilever 5 tahun ke depan, kita dapat menggunakan langkah mudah berikut:
  • Jika P/E lebih dari 20, gunakan proyeksi P/E 17
  • Jika P/E kurang dari 20, gunakan proyeksi P/E 12
  Saat ini berdasarkan data kuartal III dapat diperkirakan P/E Unilever adalah 21.9 (> 20). Dengan demikian kita tentukan proyeksi P/E 5 tahun ke depan adalah sebesar 17.
Setelah menentukan proyeksi pertumbuhan EPS dan P/E, mari kita mulai proses valuasinya.

     LANGKAH 1: Menghitung EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan 15%

Menentukan besar EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan EPS (15%). Mari kita perhatikan tabel perhitungan besar EPS 5 tahun ke depan di bawah ini:

projeps


    Kita mendapatkan proyeksi EPS r tahun ke depan (akhir tahun 2013) adalah sebesar 718 rupiah.


    LANGKAH 2: Mengalikan proyeksi P/E dengan proyeksi EPS pada tahun ke-5 (tahun 2013)
Karena proyeksi P/E yang kita gunakan adalah 17, maka dengan mengalikan EPSsaham Unilever maka pada akhir tahun ke-5 (akhir tahun 2009) dengan proyeksi P/E (17), saham Unilever akan diperdagangkan pada harga 12,207 rupiah per lembar.


    LANGKAH 3: Menghitung laba yang dibayarkan sebagai dividen

Berdasarkan laporan keuangan yang lalu, didapatkan bahwa porsi keuntungan yang diberikan Unilever sebagai dividen adalah 60.22%. Angka ini disebut juga dengan dividen payout ratio. Dengan menjumlahkan EPS selama 5 tahun ke depan kita mendapatkan jumlah EPS adalah 2,768 rupiah per lembar saham (411 + 472 + 543 + 624 + 718 = 2,768). Dengan mengalikan jumlah EPS tersebut dengan dividen payout ratio sebesar 60.22%, kita memproyeksikan total dividen yang akan kita terima selama 5 tahun ke depan adalah sebesar 1,667 rupiah per lembar saham (2,768 x 60.22% = 1,667).
Sebagai catatan, nilai dividen payout ratio Unilever ini sangat tinggi. Hal tersebut wajar karena Unilever merupakan perusahaan yang sudah mature dan tidak terlalu agresif berekspansi.

    LANGKAH 4: Menghitung harga saham total
Dengan menambahkan proyeksi harga saham 5 tahun ke depan dengan jumlah dividen yang kita terima dalam kurun waktu tersebut, kita mendapatkan harga saham total Unilever 5 tahun ke depan adalah 13,875 per lembar (12,207 + 1,667 = 13,875 –> dengan pembulatan). Apakah perhitungan kita sudah selesai? Belum. Harga yang kita dapatkan tersebut adalah harga 5 tahun ke depan. Kita harus mengetahui berapa harga wajar yang pantas kita bayarkan saat ini untuk mendapatkan return yang bagus terhadap investasi kita.

  LANGKAH 5: Menentukan berapa harga yang pantas dibayarkan untuk mendapatkan return   yang layak

Jika kita memasukkan uang kita dalam deposito, berapakah return per tahun yang akan kita dapatkan? Saat ini kita akan memperoleh return dari deposito sekitar 8-9% per tahun. Karena kita ingin berinvestasi di saham, tentu saja kita menuntut return yang lebih tinggi dari itu karena kita telah mengambil risiko yang lebih tinggi. Kelebihan return tersebut dinamakan risk premium. Di AS, risk premium rata-rata adalah 4.91%.  Untuk Indonesia terdapat tambahan country risk premium sebesar 5.25%. Jadi total risk premium yang akan kita gunakan adalah 10.16% (Nasib, nasib. Tinggi bener country risk Indonesia yah :( ). Data tersebut dapat kita dapatkan dari sini. Dengan menambahkan total risk premium (10.61%) dengan suku bunga deposito (8%), maka return yang layak untuk berinvestasi di saham adalah sebesar 18.61% per tahun.
Kita telah mengetahui bahwa saham Unilever akan diperdagangkan di harga 13,875 untuk 5 tahun ke depan. Berapakah harga yang patut kita bayarkan untuk selembar saham Unilever saat ini untuk memperoleh return 18.61% per tahun?
Untuk menentukan harga yang pantas, maka kita harus membagi harga pada akhir tahun ke-5 tersebut  (13,875) dengan 1.1861 tiap tahunnya selama 5 tahun.



   Terlihat bahwa harga yang pantas kita bayarkan untuk selembar saham Unilever adalah 6,023. Saat ini saham Unilever diperdagangkan di harga 7,600 per lembar, agak terlalu mahal. Sepertinya kita harus menunggu harga sahamnya turun dulu baru kita mulai membelinya :)
Perhatikan bahwa jika kita menginginkan return hanya 15% per tahun, maka harga tertinggi yang pantas kita bayarkan adalah 6,898.  Mari kita perhatikan berapa harga tertinggi yang pantas untuk saham tersebut jika kita menginginkan return yang berbeda.


highestprice
  Terlihat bahwa jika kita bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk suatu saham, semakin kecil return yang akan kita terima.  Oleh karena itulah investor yang baik biasanya sangat sabar menunggu harga yang murah untuk mulai berinvestasi :) Investor jenis ini tidak akan gegabah membeli saham tanpa memperhitungkan harga wajarnya.
Disclaimer is on

Membaca Laporan Keuangan Bank (Bagian 2)

     
     Pada dasarnya, struktur laporan keuangan bank sama dengan laporan keuangan pada umumnya. Mari kita perhatikan balance sheet berikut.

        Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, alur kerja sebuah bank tercermin pada balance sheet di atas. Tabungan/deposito nasabah muncul sebagai item ‘total deposits’ pada bagian liabilities. Isi dari ‘total deposits’ adalah sumber dana bagi bank yang dapat disalurkan sebagai kredit. Selain deposit dari nasabah, ada juga deposit dari bank lain. Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tabungan/deposito nasabah dianggap sebagai utang bank terhadap nasabah. Tabungan/deposito ini kemudian disalurkan sebagai kredit dan muncul sebagai ‘net loans’. Sebagai reserve, bank menyimpannya dalam item ‘cash & due from banks’. GWM yang disebutkan sebelumnya masuk ke dalam item ini. Sisa dana dimasukkan ke dalam instrumen lain yang memberikan return bagi bank dan muncul dalam item ‘other erng. Assets’.

     Jika kita perhatikan, rasio debt to equity bank sangat tinggi (total liabilities/total shareholder’s equity).  Pada balance sheet di atas, terlihat bahwa DER mencapai 10x. Hal ini wajar bagi bank karena deposit nasabah dianggap sebagai liabilities. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank disebut sebagai highly leveraged. Karena pentingnya peranan bank dalam sistem ekonomi dan nature nya yang highly leveraged, industri perbankan merupakan salah satu industri yang memiliki regulasi paling ketat.
Selanjutnya, mari kita perhatikan income statement dari sebuah bank.

   Tampak bahwa pada tahun 2009, bank tersebut mendapatkan interest income dari kredit yang disalurkannya sebesar Rp 33 miliar. Sebenarnya income statement di atas merupakan penyederhanaan di mana di dalam item interest income juga terdapat fee-based income. Kecenderungan terakhir dari bank adalah adanya usaha untuk mendapatkan revenue tambahan dari fee-based income. Contohnya adalah biaya transaksi yang dibebankan pada nasabah. Fee-based income ini sangat bagus bagi sebuah bank karena dapat mengurangi risiko fluktuasi pendapatan dari bunga kredit.

    Bunga atas tabungan/deposito nasabah (disebut juga DPK, Dana Pihak Ketiga) muncul dalam item total interest expense. Selama yield curve normal, maka interest income bank akan lebih besar daripada interest expense. Saat krisis terjadi, ada kemungkinan yield curve akan terbalik dan mengakibatkan interest income lebih kecil daripada interest expense.

    Untuk mengantisipasi adanya kredit macet, bank mengestimasikannya dalam bentuk loan loss provision. Item-item selanjutnya mirip dengan laporan keuangan biasa. Aturan normal berlaku pada bank. Contohnya adalah bahwa bank disebut cukup bagus apabila memiliki ROE yang tinggi.
Demikian sekilas pembahasan mengenai cara membaca laporan keuangan suatu bank.

Jumat, 12 Agustus 2011

Membaca Laporan Keuangan Bank (Bagian 1)

Laporan keuangan bank memiliki item-item yang berbeda dari laporan keuangan pada umumnya.  Oleh karena itu, analisa laporan keuangannya pun menggunakan pendekatan yang berbeda.
Pada dasarnya dalam sistem ekonomi, bank memegang peranan sebagai lembaga intermediasi. Bank menghimpun tabungan dan deposito dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Keuntungan yang didapatkan oleh bank adalah selisih antara bunga dari kredit yang diberikan dengan bunga dari tabungan/deposito.

Yang perlu disadari adalah ketika kita menabung atau membuka deposito di bank, pada hakikatnya kita meminjamkan sejumlah uang kepada bank tersebut. Oleh karena itulah kita mendapatkan bunga. Dana kita akan menjadi modal bagi bank untuk menyalurkan kredit. Tidaklah heran di dalam laporan keuangan bank, dana tabungan/deposito dimasukkan sebagai liabilities (kewajiban).
GWM (Giro Wajib Minimum) adalah dana yang harus disetorkan ke Bank Indonesia sebagai simpanan. Dana ini disebut juga dengan reserve requirement. Saat ini GWM dipatok sebesar 5% dari jumlah tabungan/deposito. Mengapa bank harus memiliki reserve? Permasalahan ini sangat erat kaitannya dengan sistem fractional reserve yang dianut oleh sistem perbankan.


Fractional Reserve Banking
Ketika bank menerima tabungan/deposito dari masyarakat, bank tersebut menyalurkannya dalam bentuk kredit. Tentu saja tidak 100% dana simpanan tersebut disalurkan. Ada sebagian yang disimpan sebagai cadangan (reserve) untuk melayani nasabah yang akan menarik simpanannya. GWM seperti yang disebutkan sebelumnya merupakan reserve wajib dari bank. Di samping GWM, bank juga tentu memiliki uang kas untuk keperluan operasionalnya. Reserve dari bank ini juga bisa disimpan oleh bank dalam bentuk obligasi jatuh tempo dalam jangka pendek sehingga sewaktu-waktu dapat dicairkan.
Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa ada sesuatu yang tersirat.
Karena bank hanya menyimpan sebagian dana nasabah di tangannya, tidak akan mungkin suatu bank dapat memenuhi permintaan penarikan dana tabungan/deposito dalam jumlah yang lebih besar daripada reserve-nya.  Inilah kelemahan dari fractional reserve banking. Dari Oleh karena itulah mengapa rush terhadap suatu bank merupakan hal yang sangat ditakuti. GWM yang ditetapkan oleh BI bertujuan untuk mengurangi risiko ini.
Lho, kan bank bisa menarik kredit yang telah disalurkan?
Tidak semudah itu. Tabungan/deposito memungkinkan nasabah untuk menarik simpanannya saat itu juga sedangkan bank tidak dapat semudah itu untuk menarik kreditnya karena umumnya kredit memiliki jangka waktu jatuh tempo yang panjang. Perbedaan jangka waktu jatuh tempo antara tabungan dengan kredit inilah yang menyebabkan bank bisa memperoleh keuntungan. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan gambar berikut

:



Terlihat bahwa semakin panjang jangka waktu jatuh temponya (maturity), yield dari pinjaman semakin tinggi. Bank mengambil keuntungan dari selisih bunga dengan memanfaatkan perbedaan yield tersebut. (Ket: yield itu mirip dengan return).
Ada kalanya, yield curve menjadi flat atau bahkan terbalik (inverted). Biasanya kondisi ini terjadi ketika ekonomi mengalami resesi. Jika kembali pada masa krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997, kita melihat bahwa suku bunga deposito melonjak tajam dan sempat mencapai 40% per tahun. Siapa yang mau mengambil kredit dengan suku bunga sedemikian tinggi?


Penjelasan Diagram
Dari diagram di atas, secara logika saja kita bisa melihat apa saja yang bisa menjadi risiko dari sebuah bank. Yang pertama adalah apabila net interest margin (selisih antara bunga kredit dengan bunga tabungan/deposito) menipis. Keuntungan bank akan semakin mengecil dan jika berlangsung terus menerus akan menurunkan profitabilitas bank tersebut. Kapan hal tersebut terjadi? Biasanya hal tersebut terjadi saat resesi di mana bank harus memberikan bunga yang lebih besar agar nasabah mau menyimpan lebih banyak uangnya di bank. Untuk memantaunya, kita bisa melihatnya dari NIM (Net Interest Margin). Semakin besar nilainya, semakin baik.

Risiko kedua adalah apabila terjadi kredit macet. Sumber pendapatan bank dari bunga kredit akan menipis dan ada kemungkinan menurunkan kemampuannya untuk memenuhi permintaan nasabah untuk menarik dana tabungannya. Hal inilah yang terjadi saat krisis moneter tahun 1997. Oleh karena itulah bank menetapkan persyaratan yang ketat sebelum memberikan kredit. Permasalahan kredit macet ini sangat berpotensi menimbulkan malapetaka bagi bank apabila tidak terkontrol. Contoh yang sangat bagus adalah apa yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008. Bank memberikan pinjaman dengan persyaratan yang semakin longgar. Padahal orang-orang yang diberikan kredit belum tentu mampu untuk mengembalikannya. Akibatnya sangat fatal. Ketika suku bunga semakin tinggi, banyak kreditur yang gagal bayar yang pada akhirnya memicu krisis global yang sampai dengan saat ini dampaknya masih kita rasakan. Sangatlah penting bagi kita untuk selalu memperhatikan rasio NPL (Non-Performing Loan) suatu bank sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Rasio NPL merupakan perbandingan antara jumlah kredit macet dengan jumlah kredit keseluruhan yang telah disalurkan. Semakin besar nilainya, semakin berisiko bank tersebut.
Rasio lain yang dapat kita pergunakan untuk melihat efektivitas suatu bank dalam menyalurkan kredit dan bagaimana bank tersebut menjaganya dalam batas aman adalah rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah tabungan/deposito yang berhasil dihimpun. BI sebagai bank sentral memberikan batasan LDR dalam kisaran 78%-100%. LDR di bawah 78% akan menurunkan profitabilitas suatu bank sementara apabila LDR lebih tinggi dari 100% akan membuat bank tersebut sangat berisiko.

Pada bagian kedua, saya akan coba menjelaskan bagaimana caranya membaca laporan keuangan suatu bank. Penjelasannya sengaja saya berikan di bagian kedua karena untuk memahami laporan keuangan bank, kita terlebih dahulu harus memahami bagaimana cara kerjanya.

Senin, 01 Agustus 2011

INDEKS SAHAM

  1. Indeks saham pada umumnya keberadaannya lebih di ketahui masyarakat baik AS, Eropa maupun Asia, karena seringnya indeks saham tersebut muncul dalam laporan berita. Sebagian kecil kalangan trader dan mayoritas orang belum sepenuhnya memahami bagaimana indeks ini diperdagangkan. Pada umumnya anggapan yang muncul adalah indeks diperdagangkan persis seperti saham atau hanya dianggap sebagai informasi yang dapat dijadikan indikator pergerakan harga saham di suatu sektor.

    Padahal kenyataannya, indeks saham berbeda dengan saham. Indeks saham tidak diperdagangkan di bursa saham (stock exchange) karena indeks bukanlah saham. Agar indeks saham dapat diperdagangkan, maka harus ada kontrak yang menentukan ukuran dan waktu penyerahan.

    Kontrak tersebut kemudian diperdagangkan di bursa futures (futures markets). Sehingga indeks saham yang diperdagangkan dapat mengacu kepada sebuah kontrak penyerahan di masa depan terkait dengan sejumlah dana yang dihitung berdasarkan nilai indeks saham.

    Karena berbentuk kontrak, indeks memungkinkan terjadinya perdagangan untuk tujuan spekulasi. Disamping untuk melindungi nilai saham (hedging) yang mengalami kerugian, baik dalam kondisi market naik atau turun. Indeks saham juga menutupi kelemahan trading di saham akibat sulitnya memilih saham individual berpenampilan terbaik dengan menyediakan nilai saham secara keseluruhan, baik total maupun per sektor industri. walau dalam kondisi bullish sekalipun.

    Anda dapat mempertimbangkan untuk menggunakan indeks saham sebagai lahan trading karena dua faktor penting, yakni: fleksibilitas dan leverage.

    Sebagai tambahan, instrumen yang terdapat di pasar futures memiliki area pergerakan harga yang baik dengan likuiditas yang tinggi. Beberapa instrumen seperti Dow Jones bahkan dapat diperdagangkan 24 jam penuh sehari. Anda dapat menggunakan indeks saham futures untuk mengambil tindakan berdasarkan opini yang bebas dan penyesuaian dengan tingkat resiko Anda sendiri ke berbagai instrumen secara lebih efisien.{break}

    Pengertian Indeks Saham

    Indeks saham atau stock indexes (STODEX) adalah harga atau nilai dari sekelompok saham yang dikumpukan berdasarkan kategori tertentu. Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga dari seluruh saham yang diwakilinya.

    Misalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mewakili seluruh pergerakan harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau Jakarta Industrial Classification (JASICA) yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri tertentu.

    Setiap negara biasanya memiliki kriteria dan cara tersendiri untuk memilah dan memperdagangkan Indeks saham.

    Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, karena Indeks saham merupakan indikator saham saja yang tidak memiliki aset, maka untuk dapat diperdagangkan sebagai instrumen investasi, indeks saham harus berbentuk kontrak yang memiliki kriteria tertentu, seperti satuan unit (lot), nilai kontrak dan jangka waktu penyerahan. Karena kriteria tersebut-lah, maka indeks saham diperdagangkan difutures market atau bursa berjangka di Indonesia.

    Trading index saham berjangka memiliki arti memperdagangkan (memperjualbelikan) indeks saham berjangka yang sesuai dengan kriteria diatas.

    Jenis Indeks Saham

    Terdapat banyak sekali jenis indeks yang diperdagangkan di dunia, karena pada umumnya hampir seluruh negara memiliki indeks sahamnya sendiri. Bahkan beberapa negara memiliki lebih dari satu indeks, seperti halnya Amerika Serikat yang memiliki Dow Jones, NASDAQ, dan S&P 500 atau Jepang yang memiliki Nikkei dan Topix index.

    Di bawah ini adalah indeks saham yang paling populer di Asia dan Amerika Serikat;

    1. Indeks Hang Seng, Hong Kong

    Hang Seng Index (disingkat HSI) adalah indeks saham yang dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar saham di Hong Kong yang pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Nopember 1969. Pada awalnya digunakan untuk memonitor dan mencatat perubahan harian saham berkapital besar. Terdiri dari 45 perusahaan yang mewakili 67% dari total kapital yang diperdagangkan di bursa saham Hong Kong. Hang Seng Index dapat  diklasifikasi berdasarkan 4 sektor utama:

    Hang Seng Finance Sub-index Hang Seng Utilities Sub-index Hang Seng Properties Sub-index Hang Seng Commerce & Industry Sub-index

    2. Nikkei 225, Japan

    Nikkei 225 adalah indeks saham yang ada di bursa saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange /TSE). Pergerakan indeks ini sudah dipublikasikan oleh surat kabar Nihon Keizai sejak tahun 1971 dan merupakan satu dari sebagian kecil faktor yang menggerakkan mata uang Yen Jepang. Saat ini, Nikkei telah berperan sebagai indeks saham yang paling aktif dan diminati oleh pelaku pasar internasional. Mirip dengan indeks Dow Jones di AS dan telah dicatat di bursa-bursa utama dunia seperti Singapore Exchange, Osaka Securities Exchange dan Chicago Mercantile Exchange.

    3. KOSPI 200, Korea

    KOSPI adalah singkatan dari Korea Composite Stock Price Index, yang merupakan indeks saham gabungan seluruh perusahaan yang tercatat di bursa Korea. Sesuai namanya, KOSPI terdiri dari 200 perusahaan terbesar. Futures indeks ini merupakan salah satu indeks saham teraktif yang diperdagangkan di Asia.

    4. Dow Jones Industrial Average (DJIA), USA

    Dow Jones Industrial Average (simbol >DJI, DJIA atau $INDU) adalah salah satu indeks saham yang diciptakan oleh Jurnal Wall Street dan pendirinya, Charles Dow. DJIA merupakan indeks saham yang paling populer dan paling diminati di dunia. Indeks ini terdiri dari 30 perusahaan blue-chip papan atas dunia seperti IBM, Procter & Gamble, Hewlett Packard, Coca-Cola, Johnson & Johnson dan perusahaan-perusahaan terkenal lainnya. Indeks futures Dow Jones dapat diperdagangkan dengan modal penuh atau dengan kontrak mini di Chicago Mercantile Exchange.

    5. Standard & Poor's 500 (SPX), USA

    Standard & Poors 500 (simbol $SPX, INX atau >GSPC) adalah indeks saham yang lebih luas cakupannya, terdiri dari 500 perusahaan besar AS. Beberapa trader dan manajer investasi lebih memilih memperdagangkan S&P 500 dibanding indeks saham Dow Jones karena cukup likuid dan memiliki fluktuasi yang tinggi. indeks futures S&P 500 juga dapat diperdagangkan dengan modal penuh atau kontrak mini di bursa perdagangan Chicago (Chicago Mercantile Exchange/ CME).

    6. NASDAQ-100, U.S.

    Indeks saham NASDAQ (simbol $IXIC atau COMPX) juga merupakan salah satu indeks saham yang paling populer di dunia. Kebanyakan perusahaan yang terdaftar dalam indeks ini merupakan saham teknologi sehingga terkadang disebut juga sebagai Indeks Teknologi. Pengamat dan pelaku pasar menggunakan indeks saham ini dengan tujuan yang sama, yakni sebagai indikator saham teknologi dunia dan hampir tidak dapat digunakan sebagai indikator saham secara keseluruhan. Sesuai namanya, Indeks ini terdiri dari 100 perusahaan multinasional yang diperdagangkan di NASDAQ, dan dapat dilakukan secara penuh atau melalui mini kontrak di bursa perdagangan Chicago.{break}

    Keunggulan indeks saham

    Trading dengan indeks saham memiliki banyak manfaat dan keunggulan yang tidak dapat disediakan oleh saham dan beberapa di antaranya juga tidak dapat disediakan oleh instrumen lain. Keunggulan penting yang perlu Anda ketahui adalah:

    Kinerja Diversifikasi Kesempatan jual (Short Selling) Leverage Online Trading

    1. Kinerja

    Indeks utama dunia merupakan instrumen yang memiliki kinerja terbaik, bahkan 97% melebihi kinerja investasi seluruh reksa dana aktif selama 40 tahun terakhir. Trading indeks saham tidak memerlukan dana penuh, hanya memerlukan sebagian kecil dana dari nilai kontraknya. Jadi, ketika Anda berhasil, tingkat ROI yang dihasilkan pun sangat besar.

    2. Diversifikasi

    Setiap indeks saham bergerak mewakili saham-saham yang ada didalamnya secara menyeluruh. Indeks merupakan tempat yang ideal untuk melakukan diversifikasi portfolio. Sebagai contoh, Anda telah membeli saham Bank of America index. Kemudian perusahaan tersebut melaporkan kerugian besar yang membuat harga sahamnya anjlok drastis. Jika Anda melakukan diversifikasi melalui indeks S&P 500, efek tersebut tidak akan terlalu signifikan karena masih tersisa 499 saham perusahaan lain yang mendukung harga indeks. Apabila terjadi sesuatu pada indeks saham, Anda tidak akan menghadapi persoalan likuiditas. Sehingga dapat dilakukan sesegera mungkin tanpa antrian. Anda pun tidak akan menemukan kecurangan perdagangan seperti yang biasa terjadi pada saham-saham perusahaan individual.

    3. Short selling (spekulasi dan hedging)

    Indeks saham biasanya turut menguat dalam keadaan bullish dan melemah dalam keadaan bearish. Indeks memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh saham pada saat harga mengalami penurunan, Saham memiliki kecenderungan untuk turun atau koreksi tajam. Bahkan kadang terjadi lebih cepat dibandingkan penguatannya, namun Anda tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menunggu harga kembali naik.
    indeks saham
    Berbeda dengan pasar saham, Anda dapat menjual indeks saham semudah ketika membelinya. Tidak ada peraturan yang membatasi dalam kondisi bagaimana Anda dapat menjual. Pada waktu dan kondisi apapun dalam sesi perdagangan, Anda dapat melakukan penjualan.
  2. Kenaikan dan penurunan saham secara umum biasanya akan menghasilkan pergerakan yang sama bagi indeksnya. Sehingga Anda dapat melakukan semacam partial hedging untuk melindungi kerugian portfolio Anda akibat penurunan harga saham.
  3. 4. Leverage
  4. Indeks saham biasanya diperdagangkan menggunakan leverage sekitar 7 hingga 10% dari nilai kontraknya. Penggunaan leverage ini memungkinkan seseorang untuk meningkatkan rasio potensi resiko dan keuntungannya berkali lipat dibandingkan tanpa leverage.
  5. Sebagai contoh, jika Anda trading Hang Seng dan membeli indeks saham 1 lot di harga 14,000 (14,000 X USD 5 = $70,000), Anda hanya membutuhkan dana sekecil $750 untuk memulai perdagangan (perbedaan bisa terjadi antar broker). Dalam contoh ini, Anda melakukan leveraging sebesar 92 kali, dan jika berhasil tentunya secara signifikan akan meningkatkan ROI Anda.
  6. 5. Trading Online
  7. Indeks saham dapat diperdagangkan secara online dengan menggunakan program trading yang terhubung ke internet. Setelah membuka rekening pada broker tertentu, Anda dapat melaksanakan trading indeks saham di mana saja Anda berada, selama terhubung dengan koneksi internet.
  8. indeks saham
    Gambar 1: Harga indeks futures Nikkei, Hang Seng dan Kospi
  9. Gambar 1 memperlihatkan harga indeks Nikkei, KOSPI dan Hang Seng secara online pada platform trading Monex Trader. Transaksi yang Anda lakukan melalui online dapat terjadi secara instan dengan hanya double-klik pada salah satu harga indeks saham dan memilih posisi yang Anda mau. Profit atau loss Anda juga akan dapat Anda monitor secara langsung setelah posisi terambil. {break}

    Cara Transaksi Indeks Saham

    Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, indeks saham diperdagangkan dalam bentuk kontrak dan memiliki jangka waktu. Kontrak indeks saham pada periode tertentu tidak lagi dapat diperdagangkan pada periode selanjutnya, kecuali pada saat peralihan kontrak.Masa Kadaluarsa kontrak berbeda-beda bagi masing¬masing indeks, namun secara umum jangka waktunya dimulai dari 1 hingga 3 bulan. Nilai kontrak juga berbeda, sesuai harga indeks saham masing-masing. Akan tetapi, tetap memakai satuan unit yang sama yakni lot. Untuk mendapatkan nilai 1 lot kontrak futures S&P 500, misalnya Anda perlu mengalikan $250 dengan harga indeks saat ini. Katakanlah jika harga indeks saham 12,000, maka nilai kontrak aslinya sebesar $300,000 (12,000 x $250). Atau jika Nasdaq berada di harga 2,000 maka Anda perlu mengalikan harga tersebut dengan $100. Untuk menemukan pengali kontrak tersebut (lihat tabel 1 dibawah).
  10. indeks saham
    Tabel 1: Pengali kontrak indeks futures
    Posisi indeks saham dikatakan tertutup ketika posisi yang ada telah dilikuidasi. Bentuk posisi likuidasi yang harus diingat selalu berlawanan dengan posisi membuka, misalnya jika Anda sebelumnya membeli (buy), maka posisi untuk likuidasi adalah menjual (sell). Atau sebaliknya, jika Anda menjual (sell) indeks, maka penutupan posisi adalah membeli (buy).
  11. Posisi pertama atau masuk posisi dapat berbentuk buy atau sell, tidak ada keharusan untuk membeli terlebih dahulu baru kemudian menjual. Anda dapat menjual indeks future terlebih dahulu, baru kemudian menjualnya tanpa aturan pelik. Anda dapat memegang posisi tersebut sampai kapanpun Anda mau, sepanjang masih dalam masa kontrak, tanpa harus membayar bunga tertentu.
  12. Perdagangan indeks saham dilakukan melalui program online. Lebih mutakhir dibandingkan masa sebelumnya, ketika media penempatan order masih menggunakan telepon.{break}
  13. Karakteristik Trading Indeks Saham
  14. Jika Anda berkeinginan untuk mempertahankan posisi lebih dari batas waktu kontrak, maka Anda dapat melakukan 2 alternatif tindakan:
  15. Menutup posisi pada akhir kontrak dan secara bersamaan membuka posisi pada kontrak yang baru. Mengijinkan posisi Anda untuk di rollover pada kontrak selanjutnya oleh pihak broker.
  16. Waktu perdagangan indeks saham
  17. Karena indeks saham diperdagangkan di bursa negara masing-masing, maka jam perdagangan disesuaikan dengan jam kerja lokal yang berlaku pada negara tersebut. Perbedaan jam perdagangan antar indeks saham pun cukup jauh. Misalnya Indeks Nikkei diperdagangkan pagi hari waktu Indonesia, sementara Dow Jones diperdagangkan pada malam harinya. Tabel 2 dan 3 menunjukkan perbedaan jam perdagangan pada setiap indeks saham.
  18. indeks saham
    Tabel 2: Jam perdagangan indeks utama Asia
  19. indeks saham
    Tabel 3: Jam perdagangan indeks AS
  20. * Berlaku pada musim panas, sementara musim dingin setiap jam + 1 (buka dan tutup pasar mundur satu jam)

    Simbol dan jangka durasi kontrak

    Jangka waktu kontrak dalam simbol indeks saham memberikan identifikasi bulan berapa kontrak tersebut akan berakhir dan posisi yang harus diselesaikan. Bulan berakhirnya kontrak juga sering disebut sebagai masa penyerahan (delivery).

    Sebagai contoh, Anda membeli indeks Nikkei Juni (Symbol: NK6_JPJ5U), maka posisi Anda ini akan kadaluarsa pada bulan Juni (diindikasikan dengan angka 6 setelah kode indeks). Anda harus menyelesaikan posisi tersebut sebelum, atau tepat pada hari Kamis kedua bulan Juni. Tabel 4 dibawah menunjukkan simbol, bulan dan hari berakhirnya kontrak indeks.
  21. indeks saham
  22. Tabel 4: Simbol indeks dan masa kadaluarsa {break}

    Leverage dan Margin

    Transaksi indeks saham (Stodex) futures juga menggunakan sistem leverage dan margin, sama seperti forex. Namun dengan nilai kontrak yang berbeda-beda, seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

    Leverage dapat diterjemahkan sebagai penggunaan dana pinjaman untuk melakukan transaksi. Secara praktis, leverage tidak lain adalah penggunaan skala antara nilai kontrak dan modal yang diperlukan . Jika nilai kontraknya Rp.100 juta dan Anda hanya perlu menyetorkan dana sebesar Rp. 1 juta, maka leveragenya adalah 100:1.

    Penggunaan modal dengan skala lebih kecil dibandingkan nilai riil-nya inilah yang disebut dengan leverage. Sedangkan modal yang dijaminkan untuk setiap transaksi disebut dengan margin.

    Menghitung keuntungan dan kerugian

    Beberapa harga indeks saham menggunakan desimal, dan memiliki nilai per-tick (poin) yang berbeda satu sama lain.

    Nilai tick ini ditentukan oleh jenis kontrak yang digunakan (nilai pengali). Misalnya mini Nasdaq memiliki pengali $20 dan minimum pergerakan sebesar 0.25 tick, sehingga setiap pergerakan bernilai $20 x .50 atau $10 per kontrak (lihat tabel). Tabel 5 dan Tabel 6 dibawah, menunjukkan ukuran kontrak indeks saham yang paling aktif diperdagangkan.
  23. indeks saham utama asia
  24. Tabel 5: Perhitungan pergerakan indeks utama Asia

  25.  indeks saham mini AS
  26. Tabel 6: Perhitungan pergerakan indeks mini saham ASDi Indonesia, indeks saham yang diperdagangkan adalah Indeks saham Jepang, Hong Kong dan Korea, yang sudah memiliki kontrak rupiah, dengan perincian sebagai berikut;
  27. Indeks saham Jepang (ISJ) = Rp. 30.000 per tick (JPJ) dan Rp. 50.000 (JPK)  Indeks saham Hong Kong (ISH) = Rp 50.000 per tick  Indeks saham Korea (ISK) = Rp. 35.000 per tick
  28. Untuk memulai perhitungan keuntungan dan kerugian dalam perdagangan indeks saham mudah dilakukan setelah mengetahui poin-poin penting diatas. Sebagai contoh, Anda ingin menjual indeks saham Hong Kong.
  29. Anggap saja harga Indeks Future Saham Hong Kong berada di harga 12800/05 dan Anda berhasil menjual di harga tersebut (12800).
  30. Kemudian, katakanlah Anda sudah memperkirakan bahwa Indeks saham Hong Kong akan mengalami penurunan lanjutan. Oleh karena itu, Anda menjual Indeks (membuka posisi) satu unit (lot) dan menunggu harganya mengalami penurunan.
  31. Pada keesokan harinya, Indeks saham mengalami penurunan seperti yang diharapkan. Anda berhasil menutup posisi (membeli Indeks) di harga 12700. Maka;
  32. = 12800 (harga jual) dikurang 12700 (harga beli) x Rp.50.000,- (kontrak per lot) = (100) x Rp. 50.000,- Keuntungan = Rp. 5.000.000.-
  33. Sebaliknya, jika ternyata Indeks Hong Kong tidak bergerak seperti harapan Anda, dan harga naik dari 12800 menjadi 12850, maka;
  34. = 12800 (harga jual) - 1.2850(harga beli) = (50) x Rp.50.000,- Kerugian Anda = Rp. 2.500.000,
  35. Review
  36. Indeks saham diperdagangkan bursa futures, yang memiliki arti kontrak penyerahan kedepan dalam bentuk uang yang dihitung berdasarkan nilai indeks saham di pasar.
     
  37. Perdagangan indeks saham memiliki banyak manfaat dan keunggulan, diantaranya merupakan instrumen finansial yang memiliki kinerja terbaik, alat diversifikasi dan hedging ideal.
     
  38. Indeks saham teraktif yang diperdagangkan adalah Dow Jones, Nasdaq-100, S&P 500, Hang Seng, Nikkei 225 dan Kospi 200.
Reaksi: