Jumat, 19 Agustus 2011

Menafsirkan Laporan Keuangan (Bag.3): Cash Flow Statement

Setelah selesai membahas mengenai income statement dan balance sheet, laporan keuangan ketiga yang tidak kalah penting adalah cash flow statement. Pada cash flow statement, perusahaan akan melaporkan keluar masuknya kas.
Cash flow statement dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
  1. Cash flow from operations, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan.
  2. Cash flow from investing, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, a.l: capex, penerimaan dividen, dll.
  3. Cash flow from financing, berisikan aliran kas yang berkaitan dengan pembiayaan perusahaan untuk menjalankan operasinya.
Penjumlahan ketiga komponen tersebut disebut dengan net change in cash yang akan menambah ataupun mengurangi posisi cash sebelumnya (yang terdapat di balance sheet).
Pada dasarnya, perusahaan yang sehat akan membukukan cash flow yang positif dari tahun ke tahun. Cash flow perusahaan akan terlihat lebih sehat lagi apabila cash flow from operations jumlahnya dapat menutup cash outflow dari bagian lainnya. Di samping itu, cash flow from operations yang sehat umumnya jumlahnya hampir sama dengan net income.
Mari kita melihat cash flow statement APOL di bawah ini:

Jika kita lihat tabel di atas, terlihat bahwa total cash flow from operations sampai dengan tahun 2008 cukup baik dan cenderung meningkat, namun ada warning flag yang sangat mengkhawatirkan. Perusahaan mengeluarkan dana untuk capex (capital expenditure) yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sejatinya, capex ini digunakan untuk melakukan ekspansi usaha, seperti membeli alat produksi, tanah, bangunan. Sebagai sebuah perusahaan shipping, capex-nya digunakan untuk membeli kapal dengan harapan semakin besar volume pengirimannya. Sayangnya, capex yang dikeluarkan ini dari tahun ke tahun selalu lebih besar daripada cash flow yang dihasilkan oleh bisnisnya.
Artinya: APOL harus mencari pembiayaan capex dari sumber lain. Pada bagian total cash flow from financing, terlihat bahwa capex-nya harus ditambal dengan penerbitan surat utang (Iss (Retirmnt) of Debt). Mengingat debt-to equity ratio APOL sudah cukup tinggi, hal ini berpotensi untuk mengancam bisnisnya. Utang harus dibayar, dan dalam utang terdapat bunga yang harus dibayar. Saya sengaja menandai tulisan pada bagian cash interest dengan warna merah yang menunjukkan besarnya bunga yang harus dibayar. Terlihat bahwa akibat penambahan utang terus menerus, cash yang didapatkan dari bisnisnya semakin banyak tergerus untuk membayar bunganya. Hal ini diperparah ketika pada tahun 2009, APOL menambah kebutuhan operasionalnya seperti terlihat pada bagian change in working capital. Total cash from operations kontan menurun tajam. Kondisi ini semakin memburuk ketika perubahan kurs semakin menggerus cash flow-nya.
Pada tahun 2009, cash flow APOL mengalami bleeding sebesar 467 miliar rupiah. Apa maksudnya? APOL memiliki kewajiban yang harus dibayar sebesar 467 M dan tidak ada sumber dana yang dapat digunakan untuk membayarnya!
Setelah browsing di internet, saya mendapati sebuah berita yang muncul pada bulan April lalu mengenai APOL ini:
…JAKARTA – Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat selective default kepada PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL). Analis Pefindo Ronald Hertanto dalam keterv bukaan informasi mengatakan, peringkat ini mencerminkan ketidakmampuan perusaaan memenuhi kewajiban finansial terhadap utang-utangnya…
…Pefindo juga memberikan peringkat CCC atas obligasi perusahaan II/A/2008 senilai Rp 276 miliar yang jatuh tempo pada 2013, obligasi Il/B/2008 senilai Rp 324 miliar yang jatuh pada 2015 serta Syariah Ijarah Medium Term Notes 11/2008 senilai Rp2008 senilai Rp 150 miliar yang jatuh tempo pada 2011… (Sumber: Bataviase)
Jika kita jeli dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan APOL, tentu kita sudah sejak jauh-jauh hari mulai waspada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar